Menjuarai Liga Champions merupakan target bagi seluruh tim di pelosok Eropa. Mereka mati-matian berusaha merebut trofi Liga Champions.
Mengandalkan skuat bertabur bintang tidak selalu berbuah titel Liga Champions. Paris Saint-Germain menjadi contohnya. Mereka sudah menghabiskan
begitu banyak uang demi membangun tim idaman. Namun musim ini klub
Prancis itu sudah tersingkir di 16 besar.
Faktanya, uang bukanlah rahasia prestasi Liga Champions. Beberapa tim menunjukkan itu ketika mengangkat trofi ajang ini.
Siapa saja kuda hitam yang sukses memenangkan Liga Champions Berikut daftarnya :
Faktanya, uang bukanlah rahasia prestasi Liga Champions. Beberapa tim menunjukkan itu ketika mengangkat trofi ajang ini.
Siapa saja kuda hitam yang sukses memenangkan Liga Champions Berikut daftarnya :
Manchester United (1999)
Kemenangan Liga Champion Manchester United pertama di bawah Sir Alex Ferguson terjadi pada 1999. Kala itu mereka tidak diragukan lagi merupakan salah satu kisah sukses terbesar dalam sepak bola.
The Red Devils masuk ke dalam grup maut bersama Bayern Muenchen dan
Barcelona. Meski gagal mengalahkan salah satu tim di atas, United sukses
hancurkan di tim Denmark, Brondby, untuk melaju ke babak berikut.
MU kemudian berturut-turut dua tim Italia pada fase gugur. Undian ini menantang bagi MU yang sebelumnya tidak pernah menang di sana.
Nyatanya, pasukan Ferguson mengalahkan Inter Milan di Old Trafford dan meraih hasil imbang di San Siro. Mereka kemudian melewati tantangan Juventus yang mengandalkan Del Piero, Zidane, Edgar Davids dan Antonio Conte.
Di final, mereka bersua Bayern dan sempat tertinggal sejak awal. MU kehilangan keseimbangan lantaran Roy Keane dan Paul Scholes absen akibat akumulasi kartu. Namun, pemain pengganti, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer sukses mencetak dua gol pada injury time untuk mempersembahkan kemenangan bagi MU.
MU kemudian berturut-turut dua tim Italia pada fase gugur. Undian ini menantang bagi MU yang sebelumnya tidak pernah menang di sana.
Nyatanya, pasukan Ferguson mengalahkan Inter Milan di Old Trafford dan meraih hasil imbang di San Siro. Mereka kemudian melewati tantangan Juventus yang mengandalkan Del Piero, Zidane, Edgar Davids dan Antonio Conte.
Di final, mereka bersua Bayern dan sempat tertinggal sejak awal. MU kehilangan keseimbangan lantaran Roy Keane dan Paul Scholes absen akibat akumulasi kartu. Namun, pemain pengganti, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer sukses mencetak dua gol pada injury time untuk mempersembahkan kemenangan bagi MU.
Chelsea (2012)
Chelsea
mencatat kemenangan spektakuler pada 2012. Pasalnya, ketika itu duo
Spanyol Real Madrid dan Barcelona tengah mendominasi.
Setelah beberapa kali menembus semifinal, plus tampil di laga puncak
2008, The Blues akhirnya berjaya meski situasi kurang maksimal.
Pada musim itu, Chelsea jauh dari performa terbaik. Mereka keteteran di Liga Inggris sehingga manajemen menggeser Andre Villas-Boas dari kursi pelatih. Chelsea juga nyaris tersingkir setelah takluk 1-3 dari Napoli pada leg pertama 16 besar.
Namun, hasil itu jadi titik balik kebangkitan. Chelsea membalikkan keadaan untuk melaju ke perempat final.
Usai menyingkirkan Benfica di 8 besar, The Blues membalas dendam atas Barcelona lewat agregat 3-2.
Chelsea lantas menghadapi Bayern Munchen yang tampil di kandang sendiri. Sempat tertinggal, Didier Drogba menyamakan kedudukan untuk perpanjangan waktu. Chelsea lalu berjaya melalui adu penalti.
Pada musim itu, Chelsea jauh dari performa terbaik. Mereka keteteran di Liga Inggris sehingga manajemen menggeser Andre Villas-Boas dari kursi pelatih. Chelsea juga nyaris tersingkir setelah takluk 1-3 dari Napoli pada leg pertama 16 besar.
Namun, hasil itu jadi titik balik kebangkitan. Chelsea membalikkan keadaan untuk melaju ke perempat final.
Usai menyingkirkan Benfica di 8 besar, The Blues membalas dendam atas Barcelona lewat agregat 3-2.
Chelsea lantas menghadapi Bayern Munchen yang tampil di kandang sendiri. Sempat tertinggal, Didier Drogba menyamakan kedudukan untuk perpanjangan waktu. Chelsea lalu berjaya melalui adu penalti.
FC Porto (2004)
Jose
Mourinho membangun reputasi sebagai pelatih berbakat dengan membawa FC
Porto menjuarai Liga Champions 2004. Mereka lolos dari grup yang berisi
Real Madrid, FK Partizan, dan Olympique Marseille.
Pada 16 besar, Mourinho mengarsiteki kemenangan agregat 3-1 atas Manchester United. Setelahnya, Porto mengalahkan Olympique Lyon 4-2 untuk menembus semifinal.
Di babak 4 besar, klub Portugal itu menyisihkan Deportivo La Coruna berkat keunggulan 1-0. Hasil itu membawa mereka ke final bertemu AS Monaco.
Dipimpin Deco, Porto memusnahkan tim Ligue 1 itu dengan mencetak tiga gol tanpa balas.
Pada 16 besar, Mourinho mengarsiteki kemenangan agregat 3-1 atas Manchester United. Setelahnya, Porto mengalahkan Olympique Lyon 4-2 untuk menembus semifinal.
Di babak 4 besar, klub Portugal itu menyisihkan Deportivo La Coruna berkat keunggulan 1-0. Hasil itu membawa mereka ke final bertemu AS Monaco.
Dipimpin Deco, Porto memusnahkan tim Ligue 1 itu dengan mencetak tiga gol tanpa balas.
Liverpool (2005)
Liverpool sempat kalah kalah dari Grazer AK di Anfield pada babak kualifikasi ketiga sebelum lolos ke babak grup. Di putaran tersebut, tim asuhan Rafa Benitez perkasa dan tak terbendung.
Pada 16 besar, Liverpool menyingkirkan Bayer Leverkusen. Ujian baru datang ketika undian memasangkan mereka dengan Juventus.
Pasukan Benitez tampil istimewa. Mereka menang 2-1 di Anfield sebelum tampil defensif dengan bermain 0-0 di Turin untuk merebut tiket semifinal.
Pada fase berikutnya, Liverpool membutuhkan gol hantu Luis Garcia demi menyisihkan Chelsea. Kemenangan tersebut mempertemukan mereka dengan AC Milan di final.
I Rossoneri, yang juara dua tahun sebelumnya, memiliki tim bertabur bintang seperti Cafu, Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Andrea Pirlo, Kaka, Hernan Crespo, hingga Andriy Shevchenko.
Sesuai prediksi, tim Italia itu memetik keunggulan tiga gol pada babak pertama. Namun, berkat dukungan suporter, Liverpool menciptakan keajaiban di Istanbul dengan menyamakan kedudukan. Laga pun berlanjut ke adu penalti.
Dalam sini, kiper Liverpool Jerzy Dudek sedikit mendapat inspirasi dari kiper legendaris Liverpool, Bruce Grobbelaar. Taktik itu berhasil dan Liverpool menyelesaikan comeback terbesar dalam sejarah turnamen tersebut.
Borussia Dortmund (1997)
Pencapaian
Borussia Dortmund ke final Liga Champions pada 1997 cukup tak terduga.
Dipimpin manajer legendaris Jerman, Ottmar Hitzfeld, tim yang diperkuat
pemain seperti Matthias Sammer, Andreas Moller dan Karl-Heinz Riedle
sukses menaklukkan Eropa.
Dortmund menempati posisi dua grup di belakang Atletico Madrid dengan
selisih gol. Mereka melawan tim Prancis Auxerre yang akhirnya menang
4-1 dengan dua leg. Kemudian, Die Schwarzgelben mengatasi Manchester
United tanpa meyakinkan.
Di final, mereka berkesempatan melawan juara bertahan, Juventus, yang
diisi pemain hebat seperti Zinedine Zidane, Christian Vieri, dan Didier
Deschamps. Kala itu final digelar di markas Bayern Muenchen, Allianz
Arena.
Namun, dalam hitungan 90 menit, Dortmund secara istimewa mendominasi
Si Nyonya Tua. Karl Heinz-Riedl tampil ajaib dengan mengemas brace pada
babak pertama. Alessandro Del Piero sempat memperkecil kedudukan sebelum
Lars Ricken mempertegas keunggulan Dortmund.